Membongkar Mitos "Mokondo" dan Menuntut Keadilan Gender

Pixabay
Sumber Foto: Pixabay


Siapa sih yang enggak pernah dengar istilah "mokondo"? Istilah keren yang disematkan ke cowok yang dianggap kurang "bermodal" dalam urusan asmara. Tapi, tunggu dulu! Kenapa cuma cowok yang kena getahnya? Kenapa enggak ada istilah "momedo" atau "motedo" untuk cewe yang nggak mau modal.

Selama ini, kita sering dengar cerita tentang cowok yang harus berjuang mati-matian demi mendapatkan hati seorang cewek. Mulai dari ngasih bunga, coklat, sampai nganter jemput tiap hari. Udah kayak lagi ngejar tender proyek aja, ya? Tapi begitu jadian, rasanya kayak lomba yang udah selesai. Cowoknya santai, ceweknya malah yang repot ngurusin semuanya.

"Lah, berarti cowoknya enggak tulus dong?"
Sabar dulu, nona. Sebelum ngejudge cowoknya enggak tulus, coba deh kita lihat dari sudut pandang yang berbeda. Kalian yang dari awal udah kasih sinyal kalau cowok harus ngelakuin ini itu buat dapetin hati kalian, sebenarnya juga enggak jauh beda. Ada unsur kalkulasi di situ, kan? Lagian, kalau terus-terusan dibandingin sama cowok lain, jadinya hubungannya kayak transaksi di pasar. "Yang ini enggak sesuai spek, ganti!"

"Terus, kalau udah nikah gimana?"
Nah, ini dia yang sering jadi masalah. Pas lagi pacaran, cowoknya udah capek-capek ngejar, tapi begitu nikah, rasanya kayak gantian ceweknya yang harus ngurus semua. Ngeluh deh kalau suaminya dianggap enggak mau bantu-bantu pekerjaan rumah tangga.

"Aku bukan pembantu, tahu!"
Iya, betul. Tapi, coba deh inget-inget, siapa yang dari awal udah ngasih gambaran kalau cowok itu harusnya jadi sosok yang kuat dan bisa diandalkan dalam segala hal? Kayak superhero gitu, yang bisa terbang, ngangkat mobil, dan nyelesain semua masalah.

Jadi, intinya apa sih?
Intinya, hubungan itu bukan soal siapa yang menang atau kalah. Hubungan itu kayak masak mie instan. Butuh dua orang yang sama-sama ngukur air panas, sama-sama naruh bumbu, dan sama-sama nunggu matangnya. Jangan cuma satu orang yang sibuk ngaduk terus, sementara yang lain cuma nungguin mie-nya matang.

Jangan cuma nuntut cowok untuk terus-terusan jadi pahlawan super. Cowok juga butuh dihargai dan didukung. Dan jangan lupa, modal dalam hubungan itu enggak cuma soal uang. Kecerdasan, humor, dan perhatian juga bisa jadi modal yang sangat berharga. Bahkan, kadang-kadang lebih berharga daripada seikat bunga atau sekotak coklat.

Jadi, buat para cewek dan cowok di luar sana, yuk kita sama-sama introspeksi diri. Jangan cuma nyalahin satu sama lain. Mari kita bangun hubungan yang sehat dan saling menguntungkan.

Ingat, cinta itu buta, tapi jangan sampai bikin kita enggak bisa melihat kenyataan. Dan ingat juga, hubungan yang sehat itu dibangun di atas dasar kesetaraan, bukan atas dasar siapa yang lebih banyak berkorban.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama